The 802.16 standard, amended this January by the IEEE to cover frequency bands in the range between 2 GHz and 11 GHz, specifies a metropolitan area networking protocol that will enable a wireless alternative for cable, DSL and T1 level services for last mile broadband access, as well as providing backhaul for 801.11 hotspots, modem ADSL, wireless antenna, DD-WRT, wireless router.
Internet murah untuk semua
Inilah kendala utama dalam hal Internet di Indonesia. Biaya koneksi Internet di Indonesia masih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan di level Asia Tenggara. Mahalnya biaya koneksi Internet membuat orang enggan untuk berlangganan Internet.
Sebenarnya ada akses Internet seperti Telkomnet Instant yang tidak perlu berlangganan, akan tetapi biaya per menitnya mungkin masih terasa mahal untuk sebagian orang. Sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah cq Depkominfo, APJII, dan stake holder lain yang bermain di ranah dunia maya. Kita saat ini belum melihat upaya pemerintah di level kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan dalam pemberdayaan teknologi dan informasi bagi masyarakat.
Kembalikan ke keluarga, RT dan RW
Keluarga adalah kelompok terkecil dalam sebuah masyarakat. Di level keluarga inilah Internet perlu diperkenalkan, baru kemudian ke tingkatan berikutnya, yaitu RT, RW, dan terus meningkat, bisa saja sampai ke tingkat kabupaten/kota. Anggota keluarga bisa diperkenalkan dengan fitur-fitur Internet yang mendukung kehidupan sehari-hari, semisal surat elektronik untuk bertukar kabar dengan anggota keluarga lainya yang tinggal di daerah lain, surat kabar elektronik untuk mengetahui informasi terbaru yang ada di sekitar kita, forum diskusi untuk bertukar pikiran dan pendapat mengenai beragam hal kehidupan serta beragam fitur lain. Di level keluarga inilah anggota keluarga diberi pengertian mengenai segi positif dan segi negatif dari Internet.
Apabila kepemilikan satu komputer untuk satu keluarga dirasakan masih dirasa cukup mahal dari segi pembiayaan, solusi yang dapat dilakukan adalah iuran gotong royong di lingkungan RT/RW untuk membeli satu atau beberapa unit perangkat komputer. Di samping untuk mengakses internet yang biayanya dibebankan pada anggaran RT, komputer tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan administrasi RT/RW yang tampaknya semakin hari semakin membutuhkan perangkat yang lebih modern dan lebih mudah digunakan.
Bayangkan apabila warga RT/RW tersebut sudah terbiasa menggunakan internet untuk memeroleh informasi misalnya mengenai bibit tanaman yang sedang marak dibudidayakan atau informasi mengenai pemasaran produk unggulan usaha kecil dan menengah (UMKM), bukankah hal tersebut akan memacu perkembangan dari RT/RW tersebut?
Pihak kelurahan pun seyogianya memerhatikan dan memberi perhatian kepada RT/RW mana yang sudah menerapkan penggunaan internet dengan jalan memberikan bantuan penyuluhan tentang pemanfaatan internet dan penghargaan atau semacam kompetisi sehat dengan tajuk RT/RW yang paling unggul dalam pemanfaatan internet. Hal ini juga dilakukan di tingkatan di atasnya, di kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Fasilitas wireless internet yang sudah dimiliki pemkab/pemkot tetap difungsikan untuk warga yang memang mampu memiliki laptop dan telepon genggam dengan fasilitas wireless internet dan pemkab/pemkot juga memfasilitasi warga yang belum mampu memiliki laptop dengan jalan memberikan bantuan berupa kemudahan akses internet dan biaya internet yang murah.
Internet murah untuk semua
Inilah kendala utama dalam hal Internet di Indonesia. Biaya koneksi Internet di Indonesia masih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan di level Asia Tenggara. Mahalnya biaya koneksi Internet membuat orang enggan untuk berlangganan Internet.
Sebenarnya ada akses Internet seperti Telkomnet Instant yang tidak perlu berlangganan, akan tetapi biaya per menitnya mungkin masih terasa mahal untuk sebagian orang. Sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah cq Depkominfo, APJII, dan stake holder lain yang bermain di ranah dunia maya. Kita saat ini belum melihat upaya pemerintah di level kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan dalam pemberdayaan teknologi dan informasi bagi masyarakat.
Kembalikan ke keluarga, RT dan RW
Keluarga adalah kelompok terkecil dalam sebuah masyarakat. Di level keluarga inilah Internet perlu diperkenalkan, baru kemudian ke tingkatan berikutnya, yaitu RT, RW, dan terus meningkat, bisa saja sampai ke tingkat kabupaten/kota. Anggota keluarga bisa diperkenalkan dengan fitur-fitur Internet yang mendukung kehidupan sehari-hari, semisal surat elektronik untuk bertukar kabar dengan anggota keluarga lainya yang tinggal di daerah lain, surat kabar elektronik untuk mengetahui informasi terbaru yang ada di sekitar kita, forum diskusi untuk bertukar pikiran dan pendapat mengenai beragam hal kehidupan serta beragam fitur lain. Di level keluarga inilah anggota keluarga diberi pengertian mengenai segi positif dan segi negatif dari Internet.
Apabila kepemilikan satu komputer untuk satu keluarga dirasakan masih dirasa cukup mahal dari segi pembiayaan, solusi yang dapat dilakukan adalah iuran gotong royong di lingkungan RT/RW untuk membeli satu atau beberapa unit perangkat komputer. Di samping untuk mengakses internet yang biayanya dibebankan pada anggaran RT, komputer tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan administrasi RT/RW yang tampaknya semakin hari semakin membutuhkan perangkat yang lebih modern dan lebih mudah digunakan.
Bayangkan apabila warga RT/RW tersebut sudah terbiasa menggunakan internet untuk memeroleh informasi misalnya mengenai bibit tanaman yang sedang marak dibudidayakan atau informasi mengenai pemasaran produk unggulan usaha kecil dan menengah (UMKM), bukankah hal tersebut akan memacu perkembangan dari RT/RW tersebut?
Pihak kelurahan pun seyogianya memerhatikan dan memberi perhatian kepada RT/RW mana yang sudah menerapkan penggunaan internet dengan jalan memberikan bantuan penyuluhan tentang pemanfaatan internet dan penghargaan atau semacam kompetisi sehat dengan tajuk RT/RW yang paling unggul dalam pemanfaatan internet. Hal ini juga dilakukan di tingkatan di atasnya, di kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Fasilitas wireless internet yang sudah dimiliki pemkab/pemkot tetap difungsikan untuk warga yang memang mampu memiliki laptop dan telepon genggam dengan fasilitas wireless internet dan pemkab/pemkot juga memfasilitasi warga yang belum mampu memiliki laptop dengan jalan memberikan bantuan berupa kemudahan akses internet dan biaya internet yang murah.